Rabu, 10 Desember 2008

-Ten outta Ten-

POstingan ini diunggah (bahasa serapan yang aneh..) atas permintaan dari sebuah surat berantai yang disebarkan oleh oknum "D" alias "M" alias "K". Baiklah, langsung saja kita memulai tulisan mengenai "10 fakta mengenai Raina" yang tidak terlalu penting bagi orang-orang kebanyakan ini:

1. (satu) Sesungguhnya, nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya bukanlah "raina", tetapi "rayna". Petugas pembuat akte kelahiranlah yang seharusnya bertanggung jawab atas kesalahan yang (tidak) fatal ini. Saya baru menyadari kesalahan ini pada waktu kelas enam SD, sewaktu Bu Guru meminta copy akte kelahiran untuk pembuatan ijazah SD.

2. (dua) Saya lebih menyukai menelepon daripada ber-sms, karena dalam percakapan melalui telepon, lebih jarang ditemui kesalahpahaman. Selain itu, saya rasa pengetikan sms dalam jumlah yang banyak benar-benar melelahkan jari-jari tangan. Tidak baik untuk kesehatan. Namun mengingat tarif telepon tidaklah murah (apalagi kalo beda operator), maka selagi saya belum menjadi orang paling kaya se-Asia Tenggara, saya masih harus merelakan diri untuk tidak menelepon sesuka hati.

3. (tiga) Saya selalu berusaha berangkat ke kantor pagi-pagi. Selain agar terhindar dari kemacetan Ibukota dan bisa hadir tepat waktu, alasan utama berangkat pagi-pagi adalah: bisa menghemat pengeluaran untuk membeli tiket bus Transjakarta, dari harga normal Rp 3500 menjadi Rp 2000 saja :). Hal ini sangat membantu bagi para pekerja tak dibayar seperti saya.

4. (empat) Saya memiliki ketakutan yang irrasional terhadap unggas. Tidak hanya ketika mereka mulai mendekati dan bertindak agresif terhadap saya, tetapi juga ketika saya harus berhadapan dengan their dead bodies....scary....

5. (lima) Diam-diam, saya iri dengan anak-anak tingkat 3 STIS tahun ini karena mereka akan melaksanakan PKL di Bali. Mau PKL pa mau liburan, sih??huhu...pengen ikut jg!

6. (enam) Saya lebih menyukai serial komik Detektif Kindaichi daripada Detektif Conan.

7. (tujuh) Kebiasaan buruk saya saat apel/ upacara adalah: selalu minta ijin ke kamar mandi dan pura-pura sakit perut (dan para guru serta petugas kesehatan selalu percaya akan alasan ini).

8. (delapan) Walaupun sering ditekan, dilecehkan, dan ditertawakan oleh orang2 sekitar, saya masih bertahan menggunakan laptop jadul compaq presario 1200. Laptop ini merupakan warisan dari salah satu orang yang dituakan dalam keluarga besar saya. Sekedar gambaran, laptop ini sudah tidak memiliki baterai (jadi harus selalu dicolok ke listrik), keyboardnya samasekali rusak (jadi harus pakai keyboard eksternal), lipatannya sudah "letoy" (jadi harus selalu disandarkan ke dinding), masih ada floppy disknya, colokan USBnya masih versi 1.0 (lama bgt kalo mindahin data), selalu "hang" dan mengeluarkan suara yang mendebarkan hati (seperti alarm jam beker murahan) setiap kali akan dihidupkan, serta sederet keistimewaan2 lain yang akan terlalu banyak jika disebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Walau demikian, laptop ini merupakan salah satu sarana penting yang membantu saya memperoleh gelar kesarjanaan. Oya, teman-teman menjuluki laptop ini dengan nama "Laptop Kesabaran",,dan memang benar, saya merasa menjadi manusia yang lebih sabar semenjak saya mempergunakannya, kira-kira dua tahun yang lalu.

9. (sembilan) Saya tidak tahu arti dari frase "put your money where your mouth is"

10. (sepuluh) Saya selalu suka jika otista kebanjiran,, entah kenapa.

That's it. Tidak perlu meneruskan surat berantai ini kepada orang lain... ;P

Sabtu, 22 November 2008

Masa Lalu

Inilah wajah-wajah calon statistisi pada tahun...ehm,, saya g tau kapan tepatnya. Tetapi, jika dilihat dari celana bellbottomnya, tentu tidaklah sulit mengestimasi pada dekade berapa foto ini diambil...

Note: sebagian dari orang2 ini sudah menduduki jabatan2 elit dalam kancah perstatistikan Indonesia.

Rabu, 19 November 2008

Ayo Berbohong dengan Statistik!

Statistika itu ilmu yang digunakan untuk berbohong..itulah tanggapan dari sebagian besar orang-orang yang mengetahui major apa yang saya ambil. Well, bukannya ingin menyangkal atau membela diri,,, tetapi dalam tulisan saya kali ini, saya hanya ingin menyampaikan sedikit gambaran tentang apa yang bisa (dan yang tidak bisa) dilakukan oleh ilmu statistik. Sebagai informasi, Ilmu statistik=statistika; Statistik=informasi yang didapat melalui kumpulan data (maaf jika definisi tersebut kurang sesuai dengan textbook resmi, ini hanyalah definisi menurut pemahaman saya). Sebenarnya, statistika hanyalah suatu alat untuk meringkas data-data yang membingungkan menjadi suatu informasi yang siap dicerna,,,seperti halnya juicer yang berfungsi mengambil sari buah dan membuang ampasnya yang tidak berguna. Tentu dalam proses tersebut bisa jadi ada sedikit (atau banyak, tergantung keadaan juicernya) sari buah yang ikut terbuang bersama ampas. Disinilah kita, sebagai juicer, mau menyajikan seluruh juice, sebagian saja, atau bahkan menambah juice tersebut dengan substansi-substansi yang sebenarnya tidak terkandung dalam buah yang bersangkutan? Terserah saja,, tergantung apa mau kita saja. Karena (maafkan saya karena menaruh kata "karena" di awal kalimat, yang menurut EYD sebenarnya tidak diperbolehkan), sama halnya dengan juice buah murni manapun yang rasanya akan sama dengan buah aslinya, suatu data akan benar-benar menggambarkan suatu fakta, dengan syarat dalam pengumpulan dan pengolahannya telah memenuhi seluruh asumsi yang diperlukan. Nah, dalam proses pengumpulan dan pengolahan data tersebut terdapat celah-celah yang dapat kita masuki agar data tersebut tidak sesuai dengan fakta,,atau lebih halusnya, agar data tersebut bisa menjadi lebih "sesuai dengan keinginan kita". Misalnya, untuk mengukur sejauh mana keefektifan program BLT, kita mengadakan penelitian tentang kesejahteraan masyarakat penerima BLT tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa terdapat pihak yang sangat menginginkan keberhasilan program BLT. Jika tujuan kita mengadakan penelitian tersebut tercemari oleh tujuan-tujuan tertentu yang mengarah pada penyetiran hasil penelitian ke suatu arah tertentu (misal: dana penelitian sebagian diperoleh dari pihak yang telah saya sebutkan di atas), maka kita bisa saja -dengan sengaja ataupun tidak- memanipulasi proses pengumpulan atau pengolahan data tersebut (dengan metode-metode statistik tertentu) sehingga diperoleh hasil/ kesimpulan yang seperti kita inginkan. Hal seperti itulah yang dapat menyebabkan ketidaksinkronan antara statistik dengan fakta yang ada. Parahnya, seringkali penelitian semacam itu bukan hanya dilakukan dengan "sedikit" domplengan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu, tetapi malah dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak-pihak tersebut. wahwahwah... Selain kekuatannya untuk menyetir informasi secara halus dan tidak terdeteksi (setidaknya oleh orang awam), terdapat kelemahan pada ilmu ini,, yaitu ketidakberdayaannya menganalisis dan mengartikan suatu informasi jika tidak didampingi dengan ilmu yang bersesuaian dengan bidang informasi tersebut. Misalnya, terdapat informasi bahwa angka pertumbuhan penduduk tahun 2008 turun 5,3% bila dibandingkan dengan tahun 2007...lalu apa artinya?? Ilmu statistik hanya bisa menyajikan angka ini tanpa ada penjelasan yang dapat langsung dicerna. Agar angka tersebut memiliki "arti" diperlukan ilmu lain...dalam hal ini, demografi sepertinya cocok untuk membantu "mengata-ngatai" angka ini. Jadi kurang-lebih artinya akan seperti ini: angka pertumbuhan penduduk turun 5,3% persen, artinya (bisa saja) kelahiran turun, banyak penduduk yang meninggal pada tahun ini, berhasilnya program Keluarga Berencana, dan seterusnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan penurunan tersebut disebabkan oleh penggunaan metode estimasi atau pengambilan sampel yang digunakan tahun 2008 berbeda dengan metode yang digunakan pada tahun sebelunya.Hmmm... Jadi, sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengingatkan bahwa jangan mudah percaya terhadap segala informasi (terutama jika berbentuk angka-angka bombastis) yang kita peroleh. Cari tahu sumbernya (terpercaya atau tidak), pembanding apa yang digunakan, metode apa yang digunakan (apa sesuai dengan jenis datanya), dan terutama kapan data tersebut dikumpulkan, karena bukan cuma makanan dan obat-obatan kadaluwarsa saja yang berbahaya jika dikonsumsi, tetapi juga angka-angka statistik. (Cuma mau ngingetin aja lho,,kalo sempet ya syukur kalo gak ya...tanggung sendiri akibatnya..hahaha *seringai jahat*).
...Do you hear me talking to you?
Across the water, across the deep blue ocean
under the open sky,oh my,,
baby i'm trying...
(Lucky-Jason Mraz & Colbie Caillat)

Selasa, 07 Oktober 2008

Siapa Mirip Saya??



Sebagai orang yang merasa dirinya biasa2 saja,
saya jadi malu kalo liat gambar ini......

hwakakakak....

Rabu, 10 September 2008

First love never dies... (katanya)

Kemarin malam, saya habis menonton film yang judulnya "A Millionaire's First Love"...
ngomong2 soal first love,, inilah cowok yang pertama kali saya taksir...(saat itu saya masih kelas 6 SD)
Who's your first love anyway?
“Why Your Voice is So Cute?”

Ada orang yang menghidupi dirinya dengan “menjual” suara...misalnya penyanyi, MC, atau mbak-mbak yang ngasih pengumuman ‘film sudah dimulai’ di 21.

Tiap orang punya suara yang berbeda, tergantung jenis kelamin, keturunan, dan... umur. Masalahku di sini adalah suara saya kurang (kalau nggak mau dibilang ‘tidak’) sinkron dengan umur.

Awalnya, ketidaksinkronan tidak terlalu mengganggu. Tetapi lama-lama ada perasaan aneh yang akhirnya membawa rasa rendah diri. Contohnya ketika liburan kelulusan SMA, saya berkunjung dan menginap di rumah tante di Surabaya,, ketika itu jam 10an pagi, telepon rumah berbunyi,, karena tante sedang di dapur,, maka saya berinisiatif mengangkat telepon.
Saya (S) : “Halo, selamat pagi....”
Om-om Penelepon (OP): “Loh, Del, kok kamu gak sekolah? Sakit ya? Mama ada, Del?”
S : “emm, saya bukan Della om. Bu Ratihnya ada, ‘bentar ya, saya panggilin....”
OP : “(masih kekeuh dengan pernyataan sebelumnya) oh, iya....cepet sembuh ya, Del..”
(Pembicaraan selanjutnya diteruskan oleh tante dan Oom-om penelepon itu...)

Om-om penelepon tadi mengenali suara saya sebagai suara Della, sepupu saya yang masih berumur 5 tahun dan masih sekolah di TK kecil....padahal waktu itu saya sudah berumur 17 tahun... oh my,,,

Contoh lain, ketika semester 3, saya ikut seleksi untuk jadi anggota Tim Debat Bahasa Inggris di kampus... Saya diberi suatu topik lalu dibiarkan berdebat dengan teman yang lain, sambil diamati dan dinilai oleh anggota tim debat senior. Setelah itu, saya diwawancarai oleh tiga orang senior...
Senior (Se) : “Introduce yourself, please.”
Saya (Sa) : “Thank you, my name is Raina; i’m in the second year here; i want to join this debating club because i....blabla...”
Setelah saya selesai memperkenalkan diri, para senior memandangi saya dengan pandangan yang sulit ditebak, a very long and awkward pause, and finally one of them said:
Se :“Okay, Raina.. your english is well, you got good pronounciation (Untuk sesaat saya yakin bahwa saya akan diterima di klub debat ini)....But,,why your voice so cute? You can’t win on debate championship with such voice....”
dan tanpa basa-basi, saya mengucapkan “oh well, thank you, then...” kemudian cepat-cepat meninggalkan ruangan interview tanpa repot-repot melihat pengumuman tentang siapa saja yang diterima di klub itu seminggu kemudian...

see? Punya suara seperti ini memang menyusahkan,,,apalagi bagi saya yang pernah bercita-cita menjadi penyiar radio ini (asal tau saja, saya pernah melamar sebagai penyiar di sebuah stasiun radio swasta di kota asal saya, dan tentu saja saya tidak diterima). Cukup lama saya bertanya-tanya, apa yang sebaiknya saya lakukan agar suara saya bisa jadi lebih “berwibawa”? karena tidak kunjung menemukan solusi, akhirnya saya lebih memfokuskan diri untuk memikirkan tentang apa yang bisa saya lakukan dengan suara seperti ini...

...dan akhinya, pemikiran saya membuahkan hasil..saya bisa memanfaatkan suara ini untuk menjadi dubber untuk acara-acara TV saduran dari luar negeri!!
Target saya, menjadi dubber untuk suara Shizuka di film Doraemon atau suara anak kecil seperti Dulce Maria di telenovela Carita de Angel....hoho, brilian!
Dan akhirnya saya mengambil kesimpulan, Tuhan memberikan suara seperti ini bukan tanpa alasan......