Rabu, 10 September 2008

First love never dies... (katanya)

Kemarin malam, saya habis menonton film yang judulnya "A Millionaire's First Love"...
ngomong2 soal first love,, inilah cowok yang pertama kali saya taksir...(saat itu saya masih kelas 6 SD)
Who's your first love anyway?
“Why Your Voice is So Cute?”

Ada orang yang menghidupi dirinya dengan “menjual” suara...misalnya penyanyi, MC, atau mbak-mbak yang ngasih pengumuman ‘film sudah dimulai’ di 21.

Tiap orang punya suara yang berbeda, tergantung jenis kelamin, keturunan, dan... umur. Masalahku di sini adalah suara saya kurang (kalau nggak mau dibilang ‘tidak’) sinkron dengan umur.

Awalnya, ketidaksinkronan tidak terlalu mengganggu. Tetapi lama-lama ada perasaan aneh yang akhirnya membawa rasa rendah diri. Contohnya ketika liburan kelulusan SMA, saya berkunjung dan menginap di rumah tante di Surabaya,, ketika itu jam 10an pagi, telepon rumah berbunyi,, karena tante sedang di dapur,, maka saya berinisiatif mengangkat telepon.
Saya (S) : “Halo, selamat pagi....”
Om-om Penelepon (OP): “Loh, Del, kok kamu gak sekolah? Sakit ya? Mama ada, Del?”
S : “emm, saya bukan Della om. Bu Ratihnya ada, ‘bentar ya, saya panggilin....”
OP : “(masih kekeuh dengan pernyataan sebelumnya) oh, iya....cepet sembuh ya, Del..”
(Pembicaraan selanjutnya diteruskan oleh tante dan Oom-om penelepon itu...)

Om-om penelepon tadi mengenali suara saya sebagai suara Della, sepupu saya yang masih berumur 5 tahun dan masih sekolah di TK kecil....padahal waktu itu saya sudah berumur 17 tahun... oh my,,,

Contoh lain, ketika semester 3, saya ikut seleksi untuk jadi anggota Tim Debat Bahasa Inggris di kampus... Saya diberi suatu topik lalu dibiarkan berdebat dengan teman yang lain, sambil diamati dan dinilai oleh anggota tim debat senior. Setelah itu, saya diwawancarai oleh tiga orang senior...
Senior (Se) : “Introduce yourself, please.”
Saya (Sa) : “Thank you, my name is Raina; i’m in the second year here; i want to join this debating club because i....blabla...”
Setelah saya selesai memperkenalkan diri, para senior memandangi saya dengan pandangan yang sulit ditebak, a very long and awkward pause, and finally one of them said:
Se :“Okay, Raina.. your english is well, you got good pronounciation (Untuk sesaat saya yakin bahwa saya akan diterima di klub debat ini)....But,,why your voice so cute? You can’t win on debate championship with such voice....”
dan tanpa basa-basi, saya mengucapkan “oh well, thank you, then...” kemudian cepat-cepat meninggalkan ruangan interview tanpa repot-repot melihat pengumuman tentang siapa saja yang diterima di klub itu seminggu kemudian...

see? Punya suara seperti ini memang menyusahkan,,,apalagi bagi saya yang pernah bercita-cita menjadi penyiar radio ini (asal tau saja, saya pernah melamar sebagai penyiar di sebuah stasiun radio swasta di kota asal saya, dan tentu saja saya tidak diterima). Cukup lama saya bertanya-tanya, apa yang sebaiknya saya lakukan agar suara saya bisa jadi lebih “berwibawa”? karena tidak kunjung menemukan solusi, akhirnya saya lebih memfokuskan diri untuk memikirkan tentang apa yang bisa saya lakukan dengan suara seperti ini...

...dan akhinya, pemikiran saya membuahkan hasil..saya bisa memanfaatkan suara ini untuk menjadi dubber untuk acara-acara TV saduran dari luar negeri!!
Target saya, menjadi dubber untuk suara Shizuka di film Doraemon atau suara anak kecil seperti Dulce Maria di telenovela Carita de Angel....hoho, brilian!
Dan akhirnya saya mengambil kesimpulan, Tuhan memberikan suara seperti ini bukan tanpa alasan......